
Pulubala, KAB. GORONTALO
Kelapa sebagai komoditas unggulan di Provinsi Gorontalo memiliki ketersediaan yang melimpah. Saat ini industri turunan produk kelapa belum berkembang secara maksimal, masih banyak potensi dan peluang yang masih bisa dilakukan. Pasar dunia untuk produk kelapa dan olahannya mengalami perkembangan pesat sejak tahun 2001. Nilai pasar dunia naik dari sekitar US$ 1 miliar menjadi US$ 4 miliar pada tahun 2020. Produsen produk kelapa di dunia sebagian besar didominasi negara-negara berkembang di Asia, Indonesia menempati urutan kedua sebagai pengekspor produk kelapa terbesar di dunia senilai sekitar US$ 1 miliar. Negara Tujuan Ekspor Kelapa dari Provinsi Gorontalo adalah negara Jerman (35,83%) dan Belanda (16,87%).
Dalam memaksimalkan potensi yang ada muncul konsep Aglomerasi Infustri Pengolahan Kelapa Terintegrasi melalui Green Industri untuk Industri Pengolahan Perkebunan di Gorontalo sebagai solusi dengan produk yang akan dikembangkan yaitu: Konsentrat Air Kelapa, Nata de Coco, Briket Kelapa dengan pengolahan limbahnya berupa Asap Cair, Cocofiber/Cocopeart. Berdasarkan (Trademap, 2021) produk olahan kelapa Indonesia yang memiliki daya saing dengan indeks RCA yaitu: Briket (Arang kelapa) sebesar 22,92; Karbon aktif sebesar 2,37; Cocofiber sebesar 1,3; dan Nata de coco sebesar 0,25.
Lokasi perencanaan proyek berada di Kabupaten Gorontalo yang merupakan Kawasan Peruntukan Industri Pulubala-Tibawa seluas 297 ha. Dengan dukungan aksesibilitas cukup dekat dari Bandar Udara Internasional Djalaluddin +- 5 km dan Pelabuhan Nasional Anggrek +- 38 km. Kemudian terhubung langsung dengan akses Jalan Nasional (Trans Sulawesi).
Penjelasan lengkap tentang Industri Hijau Pengolahan Kelapa Terintegrasi